MAKALAH BAHASA INDONESIA : Proses Cipta Karya Sastra
Proses Cipta Karya Sastra
Mata Kuliah : Psikologi Sastra
Dosen Pengampu : M. Bayu Firmansyah, M. Pd
OLEH:
SANDIYA TAF’ALUN JANNAH 15188201089
AIDA ZAKIYAH ME 15188201077
ZAZILATUL NIKMA 15188201093
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara 27 – 29 PASURUAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, Tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dengan judul
“Proses Cipta Karya Sastra”.
Dalam penulisan ini terdapat hambatan yang dialami penulis. Namun penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah dari berbagai bimbingan serta bantuan
dari beberapa pihak. untuk itu penulis mengucapkan terimah kasih kepada :
1. Bapak Bayu Firmansyah M.Pd selaku Dosen yang mengajar materi Psikologi
Sastra.
2. Kedua Orang tua yang telah memberi motivasi.
3. Serta Teman-teman STKIP – STIT PGRI PASURUAN yang telah membantu kita.
Karena keterbatasan kemampuan dalam menulis tugas makalah masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati semua kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Harapannya semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Pasuruan, 15 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .........................……….…….……........ .......................................... ... .......... .....ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………............................................1
1.2 Rumusan Masalah…………...………........................................................1
1.3 Tujuan ..................………………...............………....................................1
1.4 Manfaat …………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas..........………....…....................................................3
2.2 Proses Perkembangan Kreativitas................................................................4
2.3 Proses Perkembangan Kreativitas ...................…........................................6
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas……………….……………8
2.5 Upaya Mengembangkan Kreativitas dan Implikasinya Dalam Pendidikan.11
BAB I V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..14
5.2 Saran…………………………………………………………………………15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kreativitas siswa masih merupakan potensi yang masih harus dikembangkan
baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan informal. Menurut
ahli tersebut, di Indonesia sudah tampak adanya perhatian terhadap masalah
itu, tetapi tampaknya belum cukup memadai. Demikian pula pelaksanaannya di
sekolah-sekolah masih sangat memprihatinkan.
Selama ini masih cukup banyak ditemui hambatan dan kelemahan yang membatasi
pertumbuhan dan perkembangan kreativitas para siswa, misal: kurangnya
pengetahuan dan latihan para guru tentang kreativitas, sistem evaluasi yang
terlalu menekankan pada jawaban benar dan tidak benar tanpa memperhatikan
prosesnya. Selain itu terkadang orang tua pun dapat menghambat anaknya
dalam pengembangan kreativitas. Tujuan yang lebih penting ialah pembentukan
sifat kreatifnya. Dalam hal ini para siswa perlu dirangsang dan dipupuk
minat dan sikapnya untuk mau melibatkan diri dalam proses kreatif.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
2. Bagaiamana perkembangan kreativitas ?
3. Meningkatkan kreatifitas sastra dalam menciptakan karya sastra ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas?
5. Bagaimana upaya mengembangkan kreativitas dan implikasinya dalam
pendidikan?
1.3 Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah diatas saya dapat membuat suatu tujuan
masalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian kreativitas
2. Untuk menjelaskan proses perkembangan kreativitas
3. Untuk menunjukkan proses perkembangan kreativitas
4. Untuk menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
5. Untuk mengemukakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kreativitas
dan implikasinya dalam pendidikan.
1.4 Manfaat
1. Dapat menjelaskan pengertian kreativitas
2. Dapat menjelaskan proses perkembangan kreativitas
3. Dapat menunjukkan proses perkembangan kreativitas
4. Dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
5. Dapat mengemukakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan kreativitas
dan implikasinya dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan
menciptakan suatu hal baru,cara-cara baru, model baru, yang berguna bagi
dirinya dan masyarakat. Hal-hal baru itu tidak selalu sesuatu yang sama
sekali tidak pernah ada sebelumnya, unsur-unsurnya bisa saja telah ada
sebelumnya, tetapi individu menemukan kombinasi baru, konstruk baru yang
memiliki kualitas yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Jadi, hal baru
itu adalah sesuatu yang bersifat inovatif. Kreativitas memegang peranan
penting dalam kehidupan dan perkembangan manusia. Kreativitas banyak
dilandasi oleh kemampuan intelektual, seperti intelegensi bakat dan
kecakapan hasil belajar, tetapi juga didukung oleh faktor-faktor afektif
dan psikomotor.
Menurut David Campbell, Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk
menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada sebelumnya,
menarik, aneh dan berguna bagi masyarakat.
Pengertian Kreativitas menurut para ahli lainnya :
1. Barron (1982 : 253)
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu
yang baru disini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga
sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
2. Guilford (1970 : 236)
Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang
kreatif.
3. Utami Munandar (1992 : 41)
Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu
gagasan.
4. Rogers (1992 : 48)
Kreativitas adalah proses munculnya hasil-hasil baru dalam suatu tindakan.
5. Drevdahl (Hurlock; 1978 : 3)
Kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi komposisi dan
gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis
yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari
pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi
sekarang.
6. Torannce
Kreativitas adalah proses kemampuan individu untuk memahami
kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan
hipotesis-hipotesis baru dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta
sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah
dirumuskan.
Selain itu, pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi
baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas
(berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan—berdasarkan data
atau informasi yang tersedia—menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepetgunaan,
dan keragaman jawaban. Jadi, secara operasional kreativitas dapat
dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.”
2.2 Perkembangan Kreativitas
2.2.1 Tahap sensorik – motorik ( 0 – 2 tahun)
Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa tindakan-tindakan
fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap objek masih belum
permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki
konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan
pengulangan reflek-reflek, belum memiliki konsep tentang diri, ruang dan
belum memiliki kemampuan berbahasa.
2.2.2 Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh
karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori
dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan
datang, meskipun dalam jangka waktu yang pendek.
2.2.3 Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)
Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu
adalah:
a.) Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental
b.) Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana
c.) Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas-identitas diri
d.) Konsep tentang ruang sudah semakin meluas
e.) Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang
f.) Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih
memerlukan
bantuan objek-objek konkrit.
2.2.4 Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)
Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas ini,
yakni :
a.) Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proposional
berdasarkan
pemikiran logis
b.)Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional
berdasarkan pemikiran logis
c.) Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relative
d.) Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relative
e.) Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian
variabel-variabel
dalam menghadapi masalah yang kompleks
f.) Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berpikir hipotesis
g.) Remaja sudah memiliki diri ideal
h.) Remaja sudah menguasai bahasa abstrak
2.3 Meningkatkan Kreativitas Siswa Menciptakan Karya Sastra
Mengajarkan apresiasi sastra tidak hanya dengan menyediakan dan menugasi
siswa membaca karya sastra, tetapi dapat juga mengasah kemampuan siswa
untuk menciptakan karya sastra. Oleh karena itu, pemilihan metode/teknik
menuangkan ide sangatlah penting untuk memacu kreativitas siswa dalam
mengarang. Dengan demikian, peran guru sangat penting untuk meningkatkan
kreativitas siswa dalam mengarang. Dengan demikian, peran guru sangat
penting untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menciptakan karya
sastra.
2.3.1 Apresiasi Sastra
Karya sastra dianggap sebagai hasil proses kreatif pengarang. Menurut
Abrams, penelitian karya sastra dengan menggunakan pendekatan eksprsif
memandang karya sastra sebagai pernyataan dunia batin pengarang yang
bersangkutan. Jika dibayangkan bahwa segala gagasan, cita rasa, emosi, ide,
dan angan-angan merupakan ’dunia dalam’ pengarang, karya sastra merupakan
’dunia luar’ pengarang. Karya sastra dianggap sebagai sarana untuk memehami
keadaan jiwa pengarang atau sebaliknya (Sugihastuti, 2002:2).
Apresiasi sastra merupakan interpretasi yang benar terhadap karya sastra.
Karenanya, Hirsch menyatakan apabila pernyataan-pernyataan tentang makna
sebuah karya sastra merupakan pernyataan-pernyataan yang objektif, apabila
interpretasi karya sastra harus menjadi ilmu pengetahuan atau disiplin ilmu
dan bukan sekadar arena bagi gagasan, khayalan, pilihan pribadi, yang
tonggaknya bukanlah pengetahuan, tetapi apa yang disebut dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang lebih tingggi sehingga diperlukan standar penilaian yang
memperkenankan, sedikit-sedikitnya secara prinsip, satu dan hanya satu
interpretasi sebuah karya untuk dinilai betul atau benar (Sugihastuti,
2002: 11).
Pernyataan Hirsch bahwa hanya maksud si pengarang yang memberikan ’standar
pembeda yang benar’ menawarkan alasan mengapa disodorkan bahwa interpretasi
sastra perlu sekali menjadi ilmu pengetahuan atau disiplin ilmu menjadikan
perlunya pengajaran sastra di sekolah. Oleh karena itu, pengajaran sastra
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa menciptakan
karya sastra.
2.3.2 Menulis dan Mengarang
Menulis bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Kadang orang bisa
berbicara, tetapi tidak bisa menulis kembali apa yang dibicarakan.
Sebaliknya, ada orang yang pandai menulis, tetapi tidak bisa membicarakan
tulisannya. Namun, ada juga orang yang pandai berbicara dan menulis. Khusus
tentang kemampuan menulis ini, hambatan yang dialami adalah penuangan ide
berupa penulisan kata pertama untuk mengawali tulisan. Kadang kala dalam
menulis selalu muncul pertanyaan: apa yang akan ditulis, bagaimana
menuliskannya, dan pantaskah disebut sebuah tulisan Meskipun sebenarnya ide
itu bisa didapatkan dari mana saja, misalnya dari pengalaman diri sendiri;
dari cerita orang lain; peristiwa alam; ataupun dari khayalan kita, menulis
tetap dianggap tidak mudah. Kesulitan dalam menuangkan ide ternyata juga
sering dialami oleh siswa sekolah dasar. Padahal, berdasarkan aspek
keterampilan berbahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan salah satu
kompetensi berbahasa yang harus dimiliki oleh setiap siswa selain
keterampilan membaca, mendengarkan, dan berbicara. Kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh siswa adalah mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan,
membuat alur cerita yang runtut, dan menggunakan bahasa yang mudah dibaca
(Rusilah, 2006:3).
Berkaitan dengan pengajaran sastra berupa menciptakan karya sastra, masih
ada kendala pada saat melaksanakan pengajaran mengarang. Proses belajar
mengajar yang selama ini masih banyak dijumpai menggunakan pendekatan
tradisional merupakan salah satu faktor penghambat kreativitas menulis.
Guru sebagai penentu proses pembelajaran sedangkan siswa secara pasif hanya
menerima rumus atau kaidah. Pada umumnya pendekatan tradisional tidak
membangkitkan kreativitas siswa sehingga siswa mengalami kesulitan pada
saat mengarang.
Permasalahan tentang kreativitas menulis ini sebenarnya bisa dilatih dan
dijadikan sebuah keterampilan dengan cara membiasakan diri berlatih
menulis. Untuk itu, perlu ditemukan metode menulis yang tepat dan praktik
menulis berdasarkan metode tersebut.
2.3.3 Pengajaran Sastra di Sekolah
Variasi berbahasa menjadi pusat pembelajaran bahasa. Ini berarti model
pembelajaran bahasa harus mencakup sebanyak mungkin kegiatan pelangsungan
berbahasa Indonesia. Termasuk di dalam kegiatan pelangsungan berbahasa
Indonesia ini adalah keterampilan menulis. Melalui keterampilan menulis,
siswa dilatih untuk berbahasa aktif dalam bentuk tertulis.
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia harus menciptakan usaha dan
kemauan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik, benar,
dan wajar. Pembelajaran bahasa Indonesia harus mendorong siswa untuk mau
dan berusaha untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik, benar,
dan wajar untuk pelbagai tujuan dan dalam pelbagai situasi. Dengan
demikian, pembelajaran bahasa Indonesia terpusat pada siswa. Ini berarti
aktivitas terbesar dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa
terdorong, mau, giat, dan berusaha mendengarkan uraian dan percakapan dalam
bahasa Indonesia, membaca naskah tulis bahasa Indonesia, berbicara dalam
bahasa Indonesia untuk pelbagai keperluan, dan menulis dalam bahasa
Indonesia untuk pelbagai tujuan dan maksud (Parera, 1996:13).
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Rogers adalah :
2.4.1 Faktor internal individu
Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat
mempengaruhi kreativitas, diantaranya :
Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dari dlam
individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala
sumber informasi dari pengalamn hidupnya sendiri dengan menerima apa
adanya, tanpa ada usaha defenser, tanpa kekakuan terhadap
pengalamn-pengalaman tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah
individu yang mampu menerima perbedaan.
Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang
dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena
kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak
tertutup dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur,
bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah
ada sebelumnya.
2.4.2 Faktor eksternal (lingkungan)
Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat mempengaruhi kreativitas individu
adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan
psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata
luas yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan
kreativitas jika kebudayaan itu memberikan kesempatan adil bagi
pengembangan kreativitas potensial yang dimiliki anggota masyarakat.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Hurlock
(1993) adalah:
a.) Jenis kelamin
Tingkat kreatifitas laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, terutama
setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak
perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh
teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan di dorong oleh para orang tua
dan guru untuk lebih menunjukan inisiatif dan orisinilitas.
b.) Status sosioekonomi
Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif
dari pada anak kelompok yang sosioekonomi rendah. Lingkungan anak kelompok
sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c.) Urutan kelahiran
Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukan tingkat kreativitas yang
berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan.
Anak yang lahir di tengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki
kreativitas yang lebih tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang
lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang
tua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut dari
pada anak pencipta.
d.) Ukuran keluarga
Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif
dari pada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak
yang otoriter dan kondisi sosio ekonomi kurang menguntungkan mungki lebih
mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e.) Lingkungan
Anak yang tinggal di lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak
yang tinggal di lingkungan desa. Dikarenakan fasilitas yang ada di kota
lebih memadai atau menunjang daripada di desa.
f.) Intelegensi
Setiap Anak yang lebih pandai menunjukan kreativitas yang lebih besar dari
pada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru
untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
penyelesaian bagi konlik tersebut.
2.5 Upaya Mengembangkan Kreativitas dan Implikasinya Dalam Pendidikan
Implikasi dari perkembangan kreativitas anak terhadap pembelajaran di
sekolah dasar adalah terletak pada perlunya pengembangan KBM sehingga mampu
mengembangkan potensi kreativitas anak. Ketika siswa masih berada pada
level yang bawah, seharusnya mulai mengkondisikan dirinya untuk
meningkatkan kemampuan kreatifnya tanpa harus menunda-nundanya. Oleh
karenanya guru dituntut bertanggung jawab untuk menjadi fasilitator dan
pembimbing dalam mengajar dan memanaj kelas.
Dalam konteks relasi dengan anak-anak kreatif Torrance (1977) menamakan
relasi bantuan dengan istilah “Creative relationship” yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
2. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa
mengalami hambatan
3. Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing
dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan
dinamika perkembangan dirinya.
4. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai
tertentu kepada anak.
5. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak
dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
Dedi Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat digunakan
untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu sebagai berikut :
1. Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya
2. Mengakui dan menhargai gagasan-gagasan anak
3. Menjadi pendorong bagi anak untuk mengkombinasikan dan mewujudkan
gagasan-gagasannya.
4. Membantu anak memahami divergensinya dalam berpikir dan bersikap dan
bukan malah menghukumnya
5. Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasannya
6. Memberikan informasi-informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan
dan menciptakan suatu hal baru,cara-cara baru, model baru, yang berguna
bagi dirinya dan masyarakat.
2. Perkembangan kreativitas sebagai berikut:
Tahap sensorik – motorik ( 0 – 2 tahun)
Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)
Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)
Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut:
a.) Faktor Internal Individu (Keterbukaan terhadap pengalaman dan
rangsangan dari luar atau dari dlam individu, Evaluasi internal, Kemampuan
untuk bermain dan mengadakan eksplorasi)
b.) Faktor Eksternal (Lingkungan)
4. Upaya mengembangkan kreativitas dan implikasinya dalam pendidikan adalah
sebagai berikut:
a.) Pembimbing berusaha memahami pikiran dan perasaan anak
b.) Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya tanpa
mengalami hambatan
c.) Pembimbing lebih menekan pada proses daripada hasil sehingga pembimbing
dituntut mampu memandang permasalahan anak sebagai bagian dari keseluruhan
dinamika perkembangan dirinya.
d.) Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai
tertentu kepada anak.
e.) Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki anak
dan bukan sebaliknya mencari-cari kelemahan anak.
3.2. Saran
Berdasarkan apa yang telah dibahas di atas, kita dapat mempelajari dan
memahami psikologi kreatifitas sastra, namun makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, baik dari segi teori, penulisan, dan aspek-aspek lain.
DAFTAR PUSTAKA
haris-berbagi.blogspot.com/2010/11/kreativitas-dalam-perspektif-islam.html?m=[
diakses pada Jumat, 08 Mei 2015 pukul 11:03]
http://www.psychologymania.com/2011/07/kreativitas-identifikasi-perkembangan.html
[diakses
https://psikologikreativitasumpwordpress.com/2011/12/16/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kreativitas/[diakses
pada Jumat, 08 Mei 2015 pukul 10:45]
Munandar, Utami. 1992.Mengambangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Munandar, Utami. 2004.Taufi Ismail, Mouljanto, PKI dkk,. Prahara Budaya I,
Kilas Efensif Lekra, Bandung: Mizan, 1995.
pada Jumat, 08 Mei 2015 pukul 11:16]
Semiawan, Conny R. 1999.Perkembangan dan Belajar Peserta Didik . Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Menulis ; Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa
. Bandung Angkasa.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Komentar
Posting Komentar